Sunday, March 2, 2014

Penyimpangan - Penyimpangan ihya atturots seasons 7 bag. 1

Penulis: Al Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-
Bugisi

Ulama Ahlus Sunnah Tidak Merekomendasi Ihya At
Turats ( bag.1)

Fatwa Syaikh Bin Baaz tentang sebagian amalan
organisasi Ihya At-Turats
Barangsiapa yang memperhatikan secara seksama
fatwa-fatwa Syaikh Bin Baaz rahimahullah,
khususnya berkenaan tentang masalah politik, masuk
parlemen, bai’at dan yang semisalnya, dia akan
mengetahui bahwa seandainya beliau – Syaikh Ibn
Baz- mengetahui hakekat penyimpangan dari
organisasi ini, niscaya beliau tidak akan memberi
rekomendasi tersebut. Diantara bukti yang
menunjukkan hal tersebut adalah fatwa beliau
tentang masalah bai’at. Berikut nash fatwa tersebut:
ﺍﻟﺮﻗﻢ : 2/2808 ﺍﻟﺘﺎﺭﻳﺦ : 1416/8/18 ﻫـ
ﻣﻦ ﻋﺒﺪﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺑﻦ ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺑﺎﺯ ﺇﻟﻰ ﺣﻀﺮﺓ ﺍﻷﺥ ﺍﻟﻤﻜﺮﻡ .…/
ﺳﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ .… ﻭﺑﻌﺪ
ﻓﺄﺷﻴﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﺳﺘﻔﺘﺎﺋﻚ ﺍﻟﻤﻔﻴﺪ ﺑﺎﻷﻣﺎﻧﺔ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﻟﻬﻴﺌﺔ ﻛﺒﺎﺭ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺑﺮﻗﻢ
) 3285 (
ﻭﺗﺎﺭﻳﺦ 1416/7/11 ﻫـ . ﺍﻟﺬﻱ ﺗﺴﺄﻝ ﻓﻴﻪ ﻋﻦ ﺣﻜﻢ ﺗﻨﺼﻴﺐ ﺃﻣﻴﺮ ﺗﺠﺐ
ﻃﺎﻋﺘﻪ ﻓﻲ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﺍﻟﺪﻋﻮﻳﺔ
ﻭﺍﻓﻴﺪﻙ ﺃﻧﻪ ﺳﺒﻖ ﺍﻥ ﺻﺪﺭ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﺍﺋﻤﺔ ﻟﻠﺒﺤﻮﺙ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ ﻭﺍﻻﻓﺘﺎﺀ ﻓﺘﻮﻯ
ﻓﻴﻤﺎ
ﺳﺄﻟﺖ ﻋﻨﻪ ﻓﻨﺮﻓﻖ ﻟﻚ ﻧﺴﺨﺔ ﻣﻨﻬﺎ ﻭﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟﻜﻔﺎﻳﺔ ﺇﻥ ﺷﺎﺀ ﺍﻟﻠﻪ .
ﻭﻓﻖ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺠﻤﻴﻊ ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﺭﺿﺎﻩ ﺇﻧﻪ ﺳﻤﻴﻊ ﻣﺠﻴﺐ .
ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ . . .
ﺍﻟﻤﻔﺘﻲ ﺍﻟﻌﺎﻡ ﻟﻠﻤﻤﻠﻜﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﺍﻟﺴﻌﻮﺩﻳﺔ
ﻭﺭﺋﻴﺲ ﻫﻴﺌﺔ ﻛﺒﺎﺭ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻭﺇﺩﺍﺭﺓ ﺍﻟﺒﺤﻮﺙ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ ﻭﺍﻹﻓﺘﺎﺀ
ﻓﺘﻮﻯ ﺭﻗﻢ ) 16098( ﻭﺗﺎﺭﻳﺦ 1414/7/5 ﻫـ .
ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﻭﺣﺪﻩ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻻ ﻧﺒﻲ ﺑﻌﺪﻩ .. ﻭﺑﻌﺪ :
ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ : ﻻ ﺗﺠﻮﺯ ﺍﻟﺒﻴﻌﺔ ﺇﻻّ ﻟﻮﻟﻲ ﺃﻣﺮ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻭﻻ ﺗﺠﻮﺯ ﻟﺸﻴﺦ ﻃﺮﻳﻘﺔ ﻭﻻ
ﻟﻐﻴﺮﻩ ﻷﻥ ﻫﺬﺍ ﻟﻢ ﻳﺮﺩ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺍﻟﻮﺍﺟﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ
ﺃﻥ ﻳﻌﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻤﺎ ﺷﺮﻉ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺍﺭﺗﺒﺎﻁ ﺑﺸﺨﺺ ﻣﻌﻴﻦ ﻭﻷﻥ ﻫﺬﺍ ﻣﻦ ﻋﻤﻞ
ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﻣﻊ ﺍﻟﻘﺴﺎﻭﺳﺔ ﻭﺭﺅﺳﺎﺀ ﺍﻟﻜﻨﺎﺋﺲ ﻭﻟﻴﺲ ﻣﻌﺮﻭﻓﺎ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ .
ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ ﺍﻟﺪﺍﺋﻤﺔ ﻟﻠﺒﺤﻮﺙ ﺍﻟﻌﻠﻤﻴﺔ ﻭﺍﻹﻓﺘﺎﺀ
ﺍﻟﺮﺋﻴﺲ ﻧﺎﺋﺐ ﺭﺋﻴﺲ ﺍﻟﻠﺠﻨﺔ
ﻋﺒﺪﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺑﻦ ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺑﺎﺯ ﻋﺒﺪﺍﻟﺮﺯﺍﻕ ﻋﻔﻴﻔﻲ
ﻋﻀﻮ ﻋﻀﻮ
ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﻐﺪﻳﺎﻥ ﺻﺎﻟﺢ ﺑﻦ ﻓﻮﺯﺍﻥ ﺍﻟﻔﻮﺯﺍﻥ
ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﺃﺑﻮ ﺯﻳﺪ ﻋﺒﺪﺍﻟﻌﺰﻳﺰ ﺑﻦ ﻋﺒﺪﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺁﻝ ﺷﻴﺦ
Berikut terjemahannya :
Syaikh Ibn Baz : “Pada fatwa no: 3285, tanggal:
11-7-1416 H, yang engkau tanyakan padanya
tentang hukum mengangkat pemimpin yang wajib
dita’ati dalam perkara dakwah dan aku memberi
faidah kepadamu bahwa telah terdahulu muncul
fatwa dari Lajnah Da’imah lil Buhuts al-Ilmiyyah
tentang apa yang engkau tanyakan maka kami
sertakan salinan darinya dan itu sudah cukup insya
Allah. Semoga Allah memberi taufik kepada
semuanya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan
Maha Mengabulkan.”
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Mufti umum kerajaan Arab Saudi dan kepala
lembaga para ulama besar dan kantor penelitian
ilmiah dan fatwa.
Adapun yang dimaksud oleh beliau adalah fatwa
no:16098, tertanggal: 5-7-1414 H:
”Alhamdulillah hanya bagi-Nya, shalawat dan salam
atas Nabi yang tiada nabi setelahnya.Wa ba’du:
Jawaban: “Tidak diperbolehkan bai’at kecuali kepada
pemerintah kaum muslimin dan tidak boleh kepada
Syaikh tarikat dan juga kepada yang lainnya, sebab
ini tidak ada asalnya dari Nabi Shallallahu alaihi
wasallam. Wajib bagi bagi seorang muslim untuk
beribadah kepada Allah dengan apa yang
disyari’atkan-Nya, dengan tanpa ikatan dari orang
tertentu dan sebab ini termasuk perbuatan kaum
Nashara terhadap pendeta dan para pemimpin gereja
yang tidak dikenal di dalam Islam.
Lajnah Da’imah lil Buhuts al-Ilmiyyah wal-Ifta’
Ketua : Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz
Wakil ketua : Abdurrazzaq Afifi
Anggota : – Abdullah bin Abdurrahman Al-
Ghudayyan
- Bakr Abu Zaid
- Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
- Abdul Aziz bin Abdillah bin Muhammad Alus Syaikh
(diambil dari situs http://www.sahab.net dan juga
dalam kaset “Fatawa Nur ‘ala Ad-Darb”, kaset
no:495, dimana beliau menjawab tiga pertanyaan
seputar masalah bai’at kepada selain penguasa –
yang mirip dengan jawaban tersebut di atas – namun
dengan jawaban yang lebih rinci.)
Nah, bagaimana mungkin bagi Syaikh bin Baaz akan
merekomendasi mereka, jika sekiranya beliau
mengetahui hakekat hizbiyyah yang ada pada
mereka. Demikian pula diantara yang menunjukkan
hal tersebut adalah fatwa beliau tatkala seseorang
bertanya dengan nash pertanyaan sebagai berikut
(terjemahannya) :
“Apa yang engkau nasehatkan kepada para da’i
berkenaan tentang sikap mereka terhadap ahli
bid’ah? Sebagaimana kami berharap darimu yang
mulia bimbingan nasehat secara khusus kepada para
pemuda yang terpengaruh dengan sikap loyalitas
hizbiyyah yang berlabel agama?”
Maka beliau menjawab dengan nash sebagai berikut:
ﻧﻮﺻﻲ ﺇﺧﻮﺍﻧﻨﺎ ﺟﻤﻴﻌﺎ ﺑﺎﻟﺪﻋﻮﺓ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﺑﺎﻟﺤﻜﻤﺔ ﻭﺍﻟﻤﻮﻋﻈﺔ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ
ﻭﺍﻟﺠﺪﺍﻝ ﺑﺎﻟﺘﻲ ﻫﻲ ﺃﺣﺴﻦ؟ ﺃﻣﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﺑﺬﻟﻚ ﻣﻊ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻭﻣﻊ
ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﻋﺔ ﺇﺫﺍ ﺃﻇﻬﺮﻭﺍ ﺑﺪﻋﺘﻬﻢ ، ﻭﺃﻥ ﻳﻨﻜﺮﻭﺍ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻌﺔ ﺃﻭ
ﻏﻴﺮﻫﻢ- ﻓﺄﻱ ﺑﺪﻋﺔ ﺭﺁﻫﺎ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻭﺟﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﺇﻧﻜﺎﺭﻫﺎ ﺣﺴﺐ ﺍﻟﻄﺎﻗﺔ ﺑﺎﻟﻄﺮﻕ
ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ . ﻭﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻫﻲ ﻣﺎ ﺃﺣﺪﺛﻪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭﻧﺴﺒﻮﻩ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ،
ﻟﻘﻮﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ )) : ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ (( ﻭﻗﻮﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ
ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ :
))ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﻋﻤﻼ ﻟﻴﺲ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ (( ﻭﻣﻦ ﺃﻣﺜﻠﺔ ﺫﻟﻚ ﺑﺪﻋﺔ ﺍﻟﺮﻓﺾ ،
ﻭﺑﺪﻋﺔ ﺍﻻﻋﺘﺰﺍﻝ ، ﻭﺑﺪﻋﺔ ﺍﻹﺭﺟﺎﺀ ، ﻭﺑﺪﻋﺔ ﺍﻟﺨﻮﺍﺭﺝ ، ﻭﺑﺪﻋﻪ ﺍﻻﺣﺘﻔﺎﻝ ﺑﺎﻟﻤﻮﺍﻟﺪ ،
ﻭﺑﺪﻋﺔ ﺍﻟﺒﻨﺎﺀ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﺒﻮﺭ ﻭﺍﺗﺨﺎﺫ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ ، ﻓﻴﺠﺐ
ﻧﺼﺤﻬﻢ ﻭﺗﻮﺟﻴﻬﻬﻢ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺨﻴﺮ ، ﻭﺇﻧﻜﺎﺭ ﻣﺎ ﺃﺣﺪﺛﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﺑﺎﻷﺩﻟﺔ ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ
ﻭﺗﻌﻠﻴﻤﻬﻢ ﻣﺎ ﺟﻬﻠﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻖ ﺑﺎﻟﺮﻓﻖ ﻭﺍﻷﺳﻠﻮﺏ ﺍﻟﺤﺴﻦ ﻭﺍﻷﺩﻟﺔ ﺍﻟﻮﺍﺿﺤﺔ ﻟﻌﻠﻬﻢ
ﻳﻘﺒﻠﻮﻥ ﺍﻟﺤﻖ .
ﺃﻣﺎ ﺍﻻﻧﺘﻤﺎﺀﺍﺕ ﺇﻟﻰ ﺍﻷﺣﺰﺍﺏ ﺍﻟﻤﺤﺪﺛﺔ ﻓﺎﻟﻮﺍﺟﺐ ﺗﺮﻛﻬﺎ ، ﻭﺃﻥ ﻳﻨﺘﻤﻲ ﺍﻟﺠﻤﻴﻊ ﺇﻟﻰ
ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺳﻨﺔ ﺭﺳﻮﻟﻪ ، ﻭﺃﻥ ﻳﺘﻌﺎﻭﻧﻮﺍ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺑﺼﺪﻕ ﻭﺇﺧﻼﺹ ، ﻭﺑﺬﻟﻚ
ﻳﻜﻮﻧﻮﻥ ﻣﻦ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻴﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻓﻲ ﺁﺧﺮ ﺳﻮﺭﺓ ﺍﻟﻤﺠﺎﺩﻟﺔ :
}ﺃَﻻ ﺇِﻥَّ ﺣِﺰْﺏَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ { ﺑﻌﺪﻣﺎ ﺫﻛﺮ ﺻﻔﺎﺗﻬﻢ ﺍﻟﻌﻈﻴﻤﺔ ﻓﻲ ﻗﻮﻟﻪ
ﺗﻌﺎﻟﻰ : }ﻻ ﺗَﺠِﺪُ ﻗَﻮْﻣًﺎ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻳُﻮَﺍﺩُّﻭﻥَ ﻣَﻦْ ﺣَﺎﺩَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ
ﻭَﺭَﺳُﻮﻟَﻪُ { ﺍﻵﻳﺔ . ﻭﻣﻦ ﺻﻔﺎﺗﻬﻢ ﺍﻟﻌﻈﻴﻤﺔ ﻣﺎ ﺫﻛﺮﻩ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻓﻲ ﺳﻮﺭﺓ
ﺍﻟﺬﺍﺭﻳﺎﺕ ﻓﻲ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ :
} ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ ﻓِﻲ ﺟَﻨَّﺎﺕٍ ﻭَﻋُﻴُﻮﻥٍ ﺁﺧِﺬِﻳﻦَ ﻣَﺎ ﺁﺗَﺎﻫُﻢْ ﺭَﺑُّﻬُﻢْ ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻗَﺒْﻞَ ﺫَﻟِﻚَ
ﻣُﺤْﺴِﻨِﻴﻦَ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻗَﻠِﻴﻠًﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻣَﺎ ﻳَﻬْﺠَﻌُﻮﻥَ ﻭَﺑِﺎﻟْﺄَﺳْﺤَﺎﺭِ ﻫُﻢْ ﻳَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭﻥَ ﻭَﻓِﻲ
ﺃَﻣْﻮَﺍﻟِﻬِﻢْ ﺣَﻖٌّ ﻟِﻠﺴَّﺎﺋِﻞِ ﻭَﺍﻟْﻤَﺤْﺮُﻭﻡِ { ﻓﻬﺬﻩ ﺻﻔﺎﺕ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﺘﺤﻴﺰﻭﻥ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮ
ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ، ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺪﻋﻮﺓ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻭﺍﻟﺴﻴﺮ ﻋﻠﻰ ﻣﻨﻬﺞ ﺳﻠﻒ ﺍﻷﻣﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ
ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ ﻭﺃﺗﺒﺎﻋﻬﻢ ﺑﺈﺣﺴﺎﻥ . ﻓﻬﻢ ﻳﻨﺼﺤﻮﻥ ﺟﻤﻴﻊ ﺍﻷﺣﺰﺍﺏ ﻭﺟﻤﻴﻊ
ﺍﻟﺠﻤﻌﻴﺎﺕ ﻭﻳﺪﻋﻮﻧﻬﻢ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺘﻤﺴﻚ ﺑﺎﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ، ﻭﻋﺮﺽ ﻣﺎ ﺍﺧﺘﻠﻔﻮﺍ ﻓﻴﻪ
ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ ﻓﻤﺎ ﻭﺍﻓﻘﻬﻤﺎ ﺃﻭ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﻓﻬﻮ ﺍﻟﻤﻘﺒﻮﻝ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺤﻖ ، ﻭﻣﺎ ﺧﺎﻟﻔﻬﻤﺎ ﻭﺟﺐ
ﺗﺮﻛﻪ . ﻭﻻ ﻓﺮﻕ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺑﻴﻦ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﺍﻹﺧﻮﺍﻥ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ، ﺃﻭ ﺃﻧﺼﺎﺭ ﺍﻟﺴﻨﺔ
ﻭﺍﻟﺠﻤﻌﻴﺔ ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ، ﺃﻭ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﺍﻟﺘﺒﻠﻴﻎ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻫﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻤﻌﻴﺎﺕ ﻭﺍﻷﺣﺰﺍﺏ
ﺍﻟﻤﻨﺘﺴﺒﺔ ﻟﻺﺳﻼﻡ . ﻭﺑﺬﻟﻚ ﺗﺠﺘﻤﻊ ﺍﻟﻜﻠﻤﺔ ﻭﻳﺘﺤﺪ ﺍﻟﻬﺪﻑ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﺍﻟﺠﻤﻴﻊ ﺣﺰﺑﺎ
ﻭﺍﺣﺪﺍ ﻳﺘﺮﺳﻢ ﺧﻄﻲ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻭﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻫﻢ ﺣﺰﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺃﻧﺼﺎﺭ ﺩﻳﻨﻪ
ﻭﺍﻟﺪﻋﺎﺓ ﺇﻟﻴﻪ . ﻭﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻟﺘﻌﺼﺐ ﻷﻱ ﺟﻤﻌﻴﺔ ﺃﻭ ﺃﻱ ﺣﺰﺏ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺨﺎﻟﻒ ﺍﻟﺸﺮﻉ
ﺍﻟﻤﻄﻬﺮ .
Jawaban Syaikh Ibn Baz : “Kami menasehati
saudara-saudara kami semuanya agar berdakwah
menuju jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
hikmah dan nasehat yang baik dan berdebat dengan
cara yang paling baik. Allah memerintahkan semua
itu kepada seluruh manusia dan juga kepada ahli
bid’ah disaat mereka menampakkan bid’ahnya dan
melakukan pengingkaran atas mereka. Sama saja
apakah mereka dari kalangan Syi’ah atau yang
lainnya, maka bid’ah apa saja yang dilihat oleh
seorang mukmin, maka wajib baginya
mengingkarinya sesuai kemampuan dengan cara-
cara yang syar’i.
Bid’ah adalah apa yang diada-adakan oleh manusia
dalam agama dan mereka menisbahkannya kepada
agama tersebut, padahal bukan darinya. Berdasarkan
sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam :
ﻣﻦ ﺃﺣﺪﺙ ﻓﻲ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻫﺬﺍ ﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻣﻨﻪ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
“Barangsiapa yang membuat perkara baru dalam
urusan kami – apa-apa yang tidak termasuk
darinya-, maka ia tertolak”.
Dan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam juga
bersabda:
ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﻋﻤﻼ ﻟﻴﺲ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻣﺮﻧﺎ ﻓﻬﻮ ﺭﺩ
“Barangsiapa yang mengamalkan satu amalan –
yang bukan dari kami – maka ia tertolak.”
Diantara permisalan bid’ah tersebut seperti: bid’ah
Rafidhah, bid’ah Mu’tazilah, bid’ah Murji’ah, bid’ah
Khawarij, bid’ah merayakan maulid, bid’ah
membangun di atas kuburan, membangun masjid di
atas kuburan dan yang lainnya.
Maka wajib menasehati mereka dan membimbing
mereka kepada kebaikan dan mengingkari apa yang
mereka ada-adakan dari berbagai bid’ah dengan
dalil-dalil yang syar’i serta mengajari mereka
kebenaran terhadap apa-apa yang mereka jahil
dengannya dengan lemah lembut, cara yang baik dan
dalil-dalil yang jelas. Semoga mereka mau menerima
kebenaran. Amien.
Adapun bersikap loyal kepada kelompok-kelompok
bid’ah, maka wajib hukumnya meninggalkannya dan
hendaklah semuanya bersikap loyal kepada
Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya dan agar mereka
saling bekerjasama di atasnya dengan kejujuran dan
keikhlasan. Maka dengan itu mereka akan menjadi
Hizbullah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan
tentangnya pada akhir surah Al-Mujadilah:
ﺃَﻻ ﺇِﻥَّ ﺣِﺰْﺏَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Hizbullah itu
adalah golongan yang beruntung.”
Setelah Allah menyebut sifat-sifat mereka yang
mulia:
ﻻ ﺗَﺠِﺪُ ﻗَﻮْﻣًﺎ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ﻳُﻮَﺍﺩُّﻭﻥَ ﻣَﻦْ ﺣَﺎﺩَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮﻟَﻪُ …
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada
Allah dan hari Akhirat, saling berkasih-sayang
dengan orang-orang yang menentang Allah dan
Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak,
atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun
keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang
telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan
menguatkan mereka dengan pertolongan [1462] yang
datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka
ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha
terhadap mereka, dan merekapun merasa puas
terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah
golongan Allah.”
Dan diantara sifat mereka yang agung adalah apa
yang disebutkan Allah Azza wa Jalla dalam surah
Adz-Dzariyat, firman-Nya:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟْﻤُﺘَّﻘِﻴﻦَ ﻓِﻲ ﺟَﻨَّﺎﺕٍ ﻭَﻋُﻴُﻮﻥٍ ﺁﺧِﺬِﻳﻦَ ﻣَﺎ ﺁﺗَﺎﻫُﻢْ ﺭَﺑُّﻬُﻢْ ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻗَﺒْﻞَ ﺫَﻟِﻚَ
ﻣُﺤْﺴِﻨِﻴﻦَ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻗَﻠِﻴﻠًﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻣَﺎ ﻳَﻬْﺠَﻌُﻮﻥَ ﻭَﺑِﺎﻟْﺄَﺳْﺤَﺎﺭِ ﻫُﻢْ ﻳَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭﻥَ ﻭَﻓِﻲ
ﺃَﻣْﻮَﺍﻟِﻬِﻢْ ﺣَﻖٌّ ﻟِﻠﺴَّﺎﺋِﻞِ ﻭَﺍﻟْﻤَﺤْﺮُﻭﻡِ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu
berada dalam taman-taman (Surga) dan mata air-
mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb
mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia
adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia
mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan
selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum
fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk
orang miskin yang meminta dan orang miskin yang
tidak mendapat bagian.” (QS.Adz-Dzariyat:15-19).
Maka ini adalah sifat-sifat Hizbullah, mereka tidak
mungkin memihak kepada selain Kitabullah dan
Sunnah dan mengajak kepadanya dan berjalan di
atas manhaj pendahulu umat ini dari kalangan para
Shahabat –radhiyallahu anhum- dan yang mengikuti
mereka dengan baik. Maka mereka menasehati
seluruh kelompok dan seluruh organisasi dan
mengajak mereka untuk berpegang teguh terhadap
Al-Kitab dan As-Sunnah dan mencocokkan apa yang
mereka perselisihkan kepada keduanya,. Maka apa
yang sesuai dengan keduanya atau salah satunya
maka diterima dan itulah yang benar dan apa yang
menyelisihi keduanya, maka wajib ditinggalkan. Dan
tidak ada perbedaan dalam hal ini antara jama’ah
al-Ikhwanul Muslimun atau Ansharus Sunnah atau
organisasi yang syar’i atau Jama’ah Tabligh atau
selain mereka dari berbagai organisasi dan kelompok
yang menisbahkan dirinya kepada Islam. Dengan itu
maka kalimat dapat disatukan dan sepakat dalam
tujuan, sehingga semua menjadi kelompok yang satu
yang menempuh garis Ahlus Sunnah wal-Jama’ah
yang mereka itu adalah Hizbullah, para penolong
agama-Nya dan yang mengajak kepada jalan-Nya.
Tidak boleh ta’ashshub (fanatik) kepada organisasi
tertentu atau kelompok tertentu, yang menyelisihi
syari’at yang suci.” (dari Fatawa Bin Baaz, jilid:7,
hal:176-178).
Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah tentang
sebagian amalan Ihya At-Turats
Demikian pula Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah
Ta’ala, beliau tidak diberi penjelasan secara detail
tentang organisasi Ihya At-Turats, sehingga beliau
menjawab pertanyaan berdasarkan “manhaj tertulis”
yang disodorkan kepada beliau. Kalau sekiranya
beliau mengetahui bahwa dalam organisasi tersebut
ada “pembai’atan”, tentulah beliau tidak akan
memberi rekomendasi tersebut. Diantara bukti yang
menunjukkan hal tersebut adalah fatwa beliau tatkala
ditanya tentang masalah bai’at. Berikut ini nash
pertanyaannya:
(( ﺍﻟﺴﺆﺍﻝ : ﺑﺎﻟﻨﻈﺮ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻌﺎﻟﻢ ﺍﻹﺳﻼﻣﻲ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻧﺠﺪ ﺃﻥ ﻫﻨﺎﻙ ﻛﺜﻴﺮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺎﺕ
ﺍﻟﺘﻲ ﺗﺪﻋﻮﺍ ﺇﻟﻰ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻭﻛﻞ ﻣﻨﻬﻢ ﻳﻘﻮﻝ : ﺃﻧﺎ ﻋﻠﻰ ﻣﻨﻬﺞ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻭﻣﻌﻲ ﻋﻠﻰ
ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ,ﻓﻤﺎ ﻣﻮﻗﻔﻨﺎ ﻧﺤﻮ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺎﺕ . ﻭﻣﺎ ﺣﻜﻢ ﺇﻋﻄﺎﺀ ﺍﻟﺒﻴﻌﺔﻷﻣﻴﺮ
ﻣﻦ ﺃﻣﺮﺍﺀ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺎﺕ ؟
“Melihat dunia Islam pada hari ini, kita mendapati
disana banyak dari kalangan jama’ah-jama’ah yang
menyeru kepada Islam. Setiap mereka berkata: “Kami
berada di atas manhaj Salaf dan bersama kami di
atas al-Kitab dan as-Sunnah.” Apa pendirian kita
terhadap jama’ah-jama’ah ini dan apa hukum
memberi bai’at kepada pimpinan dari para pemimpin
jama’ah-jama’ah ini?”
Maka beliau menjawab dengan nash sebagai berikut:
(( ﺍﻟﺤﻜﻢ ﻓﻲ ﻫﺆﻻﺀ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺎﺕ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺪﻋﻲ ﻛﻞ ﻃﺎﺋﻔﺔ ﻣﻨﻬﻢ ﺃﻧﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﻖ
ﺳﻬﻞ ﺟﺪﺍ, ﻓﺈﻧﻨﺎ ﻧﺴﺄﻟﻪ ﻣﺎ ﻫﻮ ﺍﻟﺤﻖ ؟ ﺍﻟﺤﻖ ﻣﺎ ﺩﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ
ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ , ﻭﺍﻟﺮﺟﻮﻉ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻳﺤﺴﻢ ﺍﻟﻨﺰﺍﻉ ﻟﻤﻦ ﻛﺎﻥ ﻣﺆﻣﻨﺎ , ﺃﻣﺎ ﻣﻦ
ﺍﺗﺒﻊ ﻫﻮﺍﻩ ﻓﻼ ﻳﻨﻔﻌﻪ ﻓﻴﻪ ﺷﻴﺊ . ﻗﺎﻝ ﺗﻌﺎﻟﻰ :
}ﻓَﺈِﻥ ﺗَﻨَﺎﺯَﻋْﺘُﻢْ ﻓِﻲ ﺷَﻲْﺀٍ ﻓَﺮُﺩُّﻭﻩُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻭَﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝِ ﺇِﻥ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟﻠّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ
ﺍﻵﺧِﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻭَﺃَﺣْﺴَﻦُ ﺗَﺄْﻭِﻳﻼً{
ﻓﺄﻧﺎ ﻗﻠﺖ ﻟﻬﺆﻻﺀ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺎﺕ : ﺍﺟﺘﻤﻌﻮﺍ ﻭﻟﻴﻨﺰﻉ ﻣﻨﻜﻢ ﻛﻞ ﻭﺍﺣﺪ ﻫﻮﺍﻩ ﺍﻟﺬﻱ ﻓﻲ
ﻧﻔﺴﻪ, ﻭﻳﻨﻮﻱ ﺍﻟﻨﻴﺔ ﺍﻟﺤﺴﻨﺔ ﺑﺄﻧﻪ ﺳﻴﺄﺧﺬ ﺑﻤﺎ ﺩﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻣﺒﻨﻴﺎ ﻋﻠﻰ
ﺍﻟﺘﺠﺮﺩ ﻣﻦ ﺍﻟﻬﻮﻯ ﻻ ﻣﺒﻨﻴﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﻘﻠﻴﺪ ﺃﻭ ﺍﻟﺘﻌﺼﺐ ﻷﻥ ﻓﻬﻢ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ
ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻋﻠﻰ ﺣﺴﺐ ﻣﺎ ﻋﻨﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻘﻴﺪﺓ ﻫﺬﺍ ﻻ ﻳﻔﻴﺪﻩ ﺷﻴﺌﺎ ﻷﻧﻪ ﺳﻮﻑ ﻳﺮﺟﻊ
ﺇﻟﻰ ﻋﻘﻴﺪﺗﻪ, ﻭﻟﻬﺬﺍ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻛﻠﻤﺔ ﻃﻴﺒﺔ, ﻗﺎﻟﻮﺍ : ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺃﻥ ﻳﺴﺘﺪﻝ
ﺛﻢ ﻳﺒﻨﻲ ﻻ ﺃﻥ ﻳﺒﻨﻲ ﺛﻢ ﻳﺴﺘﺪﻝ ,ﻷﻥ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﺃﺻﻞ, ﻭﺍﻟﺤﻜﻢ ﻓﺮﻉ ﻓﻼ ﻳﻤﻜﻦ ﺃﻥ ﻳﻘﻠﺐ
ﺍﻟﻮﺿﻊ ﻭﻳﺠﻌﻞ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﺍﻟﻔﺮﻉ ﺃﺻﻼ ﻭﺍﻷﺻﻞ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﻓﺮﻋﺎ , ﺛﻢ
ﺇﻥ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﺇﺫﺍ ﺍﻋﺘﻘﺪ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻳﺴﺘﺪﻝ ﻭﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻋﻨﺪﻩ ﻧﻴﺔ ﺣﺴﻨﺔ , ﺻﺎﺭ ﻳﻠﻮﻱ
ﺃﻋﻨﺎﻕ ﺍﻟﻨﺼﻮﺹ ﻣﻦ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﻳﻌﺘﻘﺪﻩ ﻫﻮ, ﻭﺣﺼﻞ ﺑﺬﻟﻚ ﺍﻟﺒﻘﺎﺀ ﻋﻠﻰ
ﻫﻮﺍﻩ ﻭﻟﻢ ﻳﺘﺒﻊ ﺍﻟﻬﺪﻯ , ﻓﻨﻘﻮﻝ ﻟﻬﺆﻻﺀ ﺍﻟﻄﻮﺍﺋﻒ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﺪﻋﻲ ﻛﻞ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻨﻬﺎ ﺃﻧﻬﺎ
ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﻖ : ﻧﻘﻮﻝ ﺗﻔﻀﻞ, ﺍﻳﺘﻮﺍ ﺑﻨﻴﺔ ﺣﺴﻨﺔ ﻣﺠﺮﺩ ﻋﻦ ﺍﻟﺘﻌﺼﺐ ﻭﺍﻟﻬﻮﻯ ﻭﻫﺬﺍ
ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻫﺬﻩ ﺳﻨﺔ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ,ﻭﻟﻮ ﻻ ﺃﻥ ﻓﻴﻬﻤﺎ ﺣﻞ
ﺍﻟﻨﺰﺍﻉ ﻣﺎ ﺃﺣﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ , ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﺤﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺷﻴﺊ ﺇﻻ ﻭﻣﺼﻠﺤﺘﻪ ﻓﻴﻪ ,
ﺭﺩﻭﻩ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﺮﺳﻮﻝ , ﻟﻜﻦ ﺍﻟﺒﻼﺀ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺤﺼﻞ ﻣﻦ ﻋﺪﻡ ﺍﻻﺗﻔﺎﻕ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ
ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻫﻮ ﺍﻟﺸﺮﻁ ﺍﻟﺬﻱ ﻓﻲ ﺍﻵﻳﺔ }ﺇﻥ ﻛﻨﺘﻢ ﺗﺆﻣﻨﻮﻥ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﻴﻮﻡ ﺍﻵﺧﺮ ﻓﺈﻥ
ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻗﺪ ﻳﺮﺟﻊ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ ﻟﻜﻦ ﻻ ﺇﻳﻤﺎﻧﺎ ﻟﻜﻦ ﻋﻠﻰ ﻫﻮﻯ ﻭﺗﻌﺼﺐ
ﻻ ﻳﺘﺰﺣﺰﺡ ﻋﻨﻪ ﻓﻬﺬﺍ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻪ ﻓﺎﺋﺪﺓ, ﻭﻟﻜﻦ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﻣﻨﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﺘﺎﺏ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ
ﺃﻥ ﻳﺴﺘﻌﻴﺬﻭﺍ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻄﻮﺍﺋﻒ ﻭﺳﻴﺘﺒﻴﻦ ﺍﻟﺤﻖ ﻣﻦ ﺍﻟﺒﺎﻃﻞ ﺑﻞ
ﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ
ﺑَﻞْ ﻧَﻘْﺬِﻑُ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺒَﺎﻃِﻞِ ﻓَﻴَﺪْﻣَﻐُﻪُ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻫُﻮَ ﺯَﺍﻫِﻖٌ ﻭَﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟْﻮَﻳْﻞُ ﻣِﻤَّﺎ ﺗَﺼِﻔُﻮﻥَ
)ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ 18:(
ﺃﻣﺎ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﻹﻋﻄﺎﺀ ﺍﻟﺒﻴﻌﺔ ﻟﺮﺟﻞ ﻫﺬﺍ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ,ﻷﻥ ﺍﻟﺒﻴﻌﺔ ﻟﻠﻮﻟﻲ ﺍﻟﻌﺎﻡ ﻋﻠﻰ
ﺍﻟﺒﻠﺪ,ﻭﺇﺫﺍ ﺃﺭﺩﻧﺎ ﺃﻥ ﻧﻘﻮﻝ : ﻛﻞ ﺇﻧﺴﺎﻥ ﻟﻪ ﺑﻴﻌﺔ ﺗﻔﺮﻗﺖ ﺍﻷﻣﻢ , ﺻﺎﺭ ﺍﻟﺒﻠﺪ ﺍﻟﺘﻲ
ﻣﺎﺋﺔ ﺣﻲ ﻣﻦ ﺍﻷﺣﻴﺎﺀ ﻛﻢ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻴﻪ ﺇﻣﺎﻡ؟ ﻣﺎﺋﺔ ﺇﻣﺎﻡ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻻﻳﺔ ﻫﺬﺍ ﻫﻮ
ﺍﻟﺘﻔﺮﻕ .ﻓﻤﺎ ﺩﺍﻡ ﻓﻲ ﺍﻟﺒﻠﺪ ﺣﺎﻛﻢ ﺷﺮﻋﻲ ﻓﺈﻧﻪ ﻻﻳﺠﻮﺯ ﺇﻋﻄﺎﺀ ﺍﻟﺒﻴﻌﺔ ﻷﻱ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻦ
ﺍﻟﻨﺎﺱ, ﺃﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻻ ﻳﺤﻜﻢ ﺑﻤﺎ ﺃﻧﺰﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﺈﻥ ﻫﺬﺍ ﻟﻪ ﺃﺣﻮﺍﻝ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ
ﻫﺬﺍ ﻛﻔﺮﺍ ﻭﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻇﻠﻤﺎ ﻭﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﺴﻘﺎ ﺑﺤﺴﺐ ﻣﺎ ﺗﻘﺘﻀﻴﻪ ﺍﻟﻨﺼﻮﺹ
ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ….))
Jawaban As-Syaikh Ibn Utsaimin : “Hukum terhadap
jama’ah-jama’ah yang setiap kelompok dari mereka
mengaku bahwa mereka berada di atas kebenaran
sangat mudah, yaitu kita bertanya kepadanya, apa itu
kebenaran? Kebenaran adalah apa yang ditunjukkan
oleh Al-Kitab dan As-Sunnah. Kembali kepada Al-
Kitab dan As-Sunnah yang menyelesaikan
pertengkaran bagi siapa yang mukmin. Adapun bagi
yang mengikuti hawa nafsunya, maka tidak memberi
manfaat sedikitpun kepadanya. Allah berfirman:
ﻓَﺈِﻥ ﺗَﻨَﺎﺯَﻋْﺘُﻢْ ﻓِﻲ ﺷَﻲْﺀٍ ﻓَﺮُﺩُّﻭﻩُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻭَﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝِ ﺇِﻥ ﻛُﻨﺘُﻢْ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟﻠّﻪِ ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ
ﺍﻵﺧِﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ﺧَﻴْﺮٌ ﻭَﺃَﺣْﺴَﻦُ ﺗَﺄْﻭِﻳﻼً
“Jika kalian berselisih dalam sesuatu, maka
kembalikanlah kepada Allah dan Rasul jika kalian
beriman kepada Allah dan hari Akhir, yang demikian
itu lebih baik dan paling baik akibatnya.”
Maka saya mengatakan kepada jama’ah-jama’ah ini:
“Bersatulah dan hendaklah setiap kalian melepaskan
hawa nafsunya yang bercokol pada dirinya dan
berniat dengan niat yang baik, bahwa dia akan
mengambil apa yang telah ditunjukkan oleh Al-
Qur’an dan As-Sunnah, dibangun di atas kekosongan
dari hawa nafsu, bukan dibangun di atas taqlid atau
ta’ashshub. Sebab seseorang memahami Al-Qur’an
dan As-Sunnah berdasarkan apa yang dia yakini,
maka ini tidak memberi faidah baginya sedikitpun,
sebab bagaimanapun mesti kembali pada
keyakinannya.
Oleh karena itu, para ulama menyebutkan sebuah
kalimat yang baik, yaitu: wajib bagi seseorang untuk
mencari dalil (terlebih dahulu), kemudian
membangun (sebuah hukum). Jangan terbalik,
membangun hukum lalu kemudian mencari dalil,
sebab dalil adalah asal, sedangkan hukum adalah
cabang. Maka tidak merubah keadaan, lalu dijadikan
hukum yang berstatus sebagai cabang menjadi asal,
sementara dalil yang merupakan asal justru menjadi
cabang.
Lalu jika seseorang yakin sebelum dia mencari dalil
dan dia tidak memiliki niat yang baik, maka dia akan
memutar balik nash-nash dari Al-Kitab dan As-
Sunnah menuju kepada apa yang diyakininya,
sehingga dia pun tetap berada di atas hawa nafsunya
dan enggan mengikuti hidayah.
Maka kami katakan kepada kelompok-kelompok
yang setiap mereka mengklaim dirinya di atas
kebenaran : “Silahkan, datanglah dengan niat yang
baik yang kosong dari ta’ashshub dan hawa nafsu,
inilah Kitabullah dan ini adalah Sunnah Rasulullah
Shallallahu alaihi wasallam, jikalau pada keduanya
tidak terdapat solusi dari perselisihan, tentu Allah
Ta’ala tidak akan mengarahkan (untuk kembali)
kepada keduanya. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala
tidak mengarahkan kepada sesuatu melainkan
didalamnya terdapat kemaslahatan, kembalikanlah
kepada Allah Ta’ala dan Rasul.
Akan tetapi musibah yang terjadi yang menyebabkan
tidak sepakatnya mereka di atas Al-Kitab dan As-
Sunnah adalah syarat yang terdapat dalam ayat :
ﺇﻥ ﻛﻨﺘﻢ ﺗﺆﻣﻨﻮﻥ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﻴﻮﻡ ﺍﻵﺧﺮ
“Jika kalian beriman kepada Allah dan hari Akhir”,
sebab sebagian manusia terkadang kembali kepada
Al-Kitab dan As-Sunnah, tetapi bukan karena
keimanan, namun karena hawa nafsu dan ta’ashshub
– yang dia tidak bergeser darinya -. Maka ini tidak
ada faedahnya.
Akan tetapi terhadap siapa yang mereka berada di
atas Al-Kitab dan As-Sunnah agar berlindung diri
kepada Allah Azza wa Jalla dari kelompok-kelompok
ini. Dan akan nampak kebenaran di atas kebatilan.
Bahkan Allah Azza wa Jalla telah berfirman:
ﺑَﻞْ ﻧَﻘْﺬِﻑُ ﺑِﺎﻟْﺤَﻖِّ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺒَﺎﻃِﻞِ ﻓَﻴَﺪْﻣَﻐُﻪُ ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻫُﻮَ ﺯَﺍﻫِﻖٌ ﻭَﻟَﻜُﻢُ ﺍﻟْﻮَﻳْﻞُ ﻣِﻤَّﺎ ﺗَﺼِﻔُﻮﻥَ
) ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ 18: )
“Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada
yang batil, lalu yang hak itu menghancurkannya.
Maka dengan serta-merta yang batil itu lenyap. Dan
kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati
(Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-
Nya).”
Adapun tentang pemberian bai’at kepada seseorang,
maka ini tidak boleh. Sebab bai’at tersebut kepada
penguasa umum terhadap sebuah negeri. Dan jika
kita ingin mengatakan: “Setiap orang harus punya
bai’at, maka terpecah-belahlah umat, lalu jadilah
dalam sebuah negeri ada seratus kampung, ada
berapa pemimpinnya? Seratus imam, seratus
wilayah, maka inilah perpecahan.!” Maka selama di
negeri tersebut ada pemimpin yang syar’i, maka
tidak dibolehkan memberi bai’at kepada seseorang
dari manusia. Adapun apabila pemimpin tersebut
tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah,
maka ini memiliki beberapa keadaan, boleh jadi
menjadi kafir, boleh jadi kefasikan dan boleh jadi
kekufuran…”
(Diambil dari kaset Silsilah Liqo’ al-Bab al-Maftuh,
kaset no:7, side B, demikian pula terdapat pada
kaset no:6, side B)
Beliau juga berkata:
“Tidak terdapat dalam Al-Kitab dan As-Sunnah yang
membolehkan jama’ah-jama’ah dan kelompok-
kelompok. Bahkan yang ada dalam Al-Kitab dan As-
Sunnah adalah celaan terhadap hal tersebut. Allah
Ta’ala berfirman:
ﻓَﺘَﻘَﻄَّﻌُﻮﺍ ﺃَﻣْﺮَﻫُﻢ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﺯُﺑُﺮًﺍ ﻛُﻞُّ ﺣِﺰْﺏٍ ﺑِﻤَﺎ ﻟَﺪَﻳْﻬِﻢْ ﻓَﺮِﺣُﻮﻥَ
“Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu)
menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi
beberapa pecahan. tiap-tiap golongan merasa
bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka
(masing-masing)”. (QS.Al-Mukminun:53)
Tidak diragukan bahwa kelompok-kelompok ini
menafikan apa yang diperintahkan oleh Allah, bahkan
yang dianjurkan oleh Allah adalah firman-Nya:
ﺇِﻥَّ ﻫَﺬِﻩِ ﺃُﻣَّﺘُﻜُﻢْ ﺃُﻣَّﺔً ﻭَﺍﺣِﺪَﺓً ﻭَﺃَﻧَﺎ ﺭَﺑُّﻜُﻢْ ﻓَﺎﻋْﺒُﺪُﻭﻥِ
Sesungguhnya (agama Tauhid) Ini adalah agama
kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah
Tuhanmu, Maka sembahlah Aku. (QS.Al-Anbiya’:92)
(Lihat kitab al-Fatawa al-Muhimmah fi Tabshiir al-
Ummah, kumpulan fatwa yang disusun oleh Jamal
bin Furaihan Al-Haritsi, hal:120)
Jawaban dari rekomendasi Syaikh Abdul Aziz Alusy
Syaikh hafidzhahullah
Rekomendasi yang beliau berikan tidak lebih dari
sekedar pujian terhadap pembagian beberapa kitab
yang dicetaknya dan disebarkan kepada sebagian
penuntut ilmu, sama sekali tidak menyentuh perkara
manhaj dari Ihya Turats. Jikalau sekiranya beliau
juga mengetahui penyimpangan yang dimiliki
organisasi ini, niscaya beliau tidak akan memberikan
rekomendasi untuk mereka. Dan fatwa Al-Lajnah di
atas merupakan salah satu bukti, dimana beliau
termasuk yang turut menandatangani fatwa tersebut.
Jawaban atas rekomendasi Syaikh Shaleh Alusy
Syaikh hafidzhahullah
Apa yang kami sebutkan pada edisi sebelumnya
(edisi yang berjudul: Ihya At-Turats, boneka
Abdurrahman Abdul Khaliq), dari fatwa beliau tentang
fiqhul waqi’ sebenarnya telah membantah salah satu
dari pemikiran organisasi tersebut. Beliau juga
berkata tatkala menjelaskan tentang penisbahan diri
terhadap suatu kabilah, kelompok dan yang
semisalnya. Beliau berkata:
“Bagian kedua : Nama-nama dan panggilan yang
tercela: (lalu beliau berkata):
Termasuk dalam hal ini nama-nama yang diada-
adakan oleh jama’ah-jama’ah Islam dengan
beraneka ragamnya, yang menjadikannya sebagai
nama yang menunjukkan bahwa itu nama
kelompoknya, – yang membedakannya dari kelompok
yang lain-, seperti Hizbut Tahrir misalnya. Seperti
pula kelompok Al-Ikhwanul Muslimun dan seperti
jama’ah-jama’ah lainnya yang nampak di sebuah
negeri dan tidak ada pada negeri yang lain. Maka
penamaan ini adalah penamaan yang diada-adakan
dan tercela. Sebab nama itu sendiri mengandung
ajakan untuk memecah-belah kaum muslimin dan
menolong kelompoknya, dan tidak yang lainnya.”
(Dari kaset berjudul: Syarah Fadhlul Islam,yang
ditranskrip oleh Salim Al-Jazairi)
Kalaulah sekiranya beliau mengetahui bahwa
organisasi ini pun dibangun di atas manhaj Al-
Ikhwanul Muslimun, tentunya beliau pun tidak akan
merekomendasinya.
Jawaban atas rekomendasi Asy-Syaikh Ali bin
Muhammad Nashir Al-Faqihi hafidzhahullah
Sebenarnya mereka Ihya At-Turats menampakkan
beberapa proyek yang dengannya mereka
mendapatkan pujian dan rekomendasi dari para
ulama tersebut, tentunya mereka menyembunyikan
hakekat dari dakwah hizbiyyah dari hadapan ulama.
Karena tujuan mendapatkan rekomendasi adalah
untuk keuntungan dari organisasi itu sendiri,
sehingga leluasa bergerak di dunia. Memang para
ulama tersebut –rahimahumullah- akhirnya memberi
tazkiyah berdasarkan apa yang mereka ketahui dari
sebagian amalannya, yang sekiranya mereka
mengetahui hakekat dari amalan mereka dan
pemikiran sebagian tokoh-tokohnya, niscaya mereka
tidak akan pernah memberi rekomendasi tersebut.
Bagaimana mungkin beliau – para ulama – akan
memberi rekomendasi, jika sekiranya beliau
mengetahui bahwa pemikiran Abdurrahman Abdul
Khaliq masih bercokol pada pemikiran para
tokohnya? Bagaimana mungkin seorang syaikh Salafi
akan merekomendasi mereka, jika ia mengetahui
bahwa pemikiran mereka dibangun di atas manhaj
Al-Ikhwanul muslimun? Berfikirlah – wahai akhi
salafi – dengan hati yang jernih yang selalu
mengedepankan al-haq di atas segala sesuatu.
Jawaban atas rekomendasi Syaikh Abdullah bin
Humaid hafidzhahullah
Bagaimana mungkin pula bagi Syaikh Shalih bin
Abdullah bin Humaid, akan memberikan tazkiyahnya,
jika beliau benar-benar mengetahui hakekat dari
organisasi ini. Yang menunjukkan hal tersebut adalah
tatkala beliau membahas tentang masalah ta’awun/
bekerjasama, beliau menjelaskan diantara sebab
rusaknya ta’awun adalah hizbiyyah, beliau berkata:
ﺍﻟﺒﻌﺪ ﻋﻦ ﺍﻟﺘﻌﺼﺐ ﻭﺍﻟﺤﺰﺑﻴﺔ :
ﻟﻴﺲ ﺃﺿﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺪﻋﻮﺓ ﺑﻌﺎﻣﺔ ﻭﺍﻟﺘﻌﺎﻭﻥ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺪﻋﺎﺓ ﺑﺨﺎﺻﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﺰﺑﻴﺔ ﺍﻟﻤﻨﻐﻠﻘﺔ
ﻭﺍﻟﻤﺬﻫﺒﻴﺔ ﺍﻟﻀﻴﻘﺔ ، ﺑﻞ ﻻ ﻳﻜﺪﺭ ﺻﻔﻮ ﺍﻷﺧﻮﺓ ﺍﻹﻳﻤﺎﻧﻴﺔ ، ﻭﻻ ﻳﻀﻌﻒ ﺍﻟﺮﺍﺑﻄﺔ
ﺍﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﺃﻋﻈﻢ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺤﺰﺏ ﺍﻟﻤﻘﻴﺖ ﻭﺍﻟﺘﻌﻨﺼﺮ ﺍﻟﺒﻐﻴﺾ .
Menjauhkan diri dari fanatisme dan hizbiyyah :
Tidak ada yang paling memudharatkan dakwah
secara umum dan saling ta’awun diantara para da’i
secara khusus, kecuali sifat hizbiyyah (fanatik
kelompok), madzhabiyyah (fanatik madzhab) yang
sempit. Bahkan yang demikian itu tidaklah mengotori
kesucian ukhuwwah iman dan tidak pula yang
melemahkan persatuan Islam yang lebih besar
dampaknya, ketimbang pengaruh hizbiyyah yang
terkutuk dan fanatik ras/kesukuan yang dibenci.”
(Dari majalah al-Buhuts al-Islamiyyah,no:51, dari
bulan Rabi’ awal hingga Jumada Ats-Tsaniyah,tahun
1418 H. Dari makalah yang berjudul: at-Ta’awun
baina Ad-Du’ah, hal:221)
Jawaban atas rekomendasi dari Syaikh Bakr Abu
Zaid hafidzhahullah
Adapun tazkiyah beliau tidak ada hubungannya
dengan permasalahan manhaj, namun sebatas pujian
terhadap tulisan/buku dari Maktabah Thalibul Ilmi
yang disebarkan oleh Ihya At-Turats. Namun
kalaulah kita menganggap bahwa beliau mentazkiyah
manhajnya, itu bukan berarti menyebabkan bahwa
perkara ini termasuk perkara ijtihadiyyah yang dapat
ditolerir dan tidak perlu diperingatkan. Sebab beliau
sendiri telah melakukan pembelaannya terhadap
Sayyid Quthb, namun hal tersebut tidak
menyebabkan bahwasanya perselisihan tentang
Sayyid Quthb hanyalah termasuk dalam perkara
ijtihadiyyah – yang tidak boleh ada pengingkaran
padanya – seperti yang disangka oleh kebanyakan
hizbiyyun?
Lalu apa jawaban anda terhadap mereka yang
menganggap bahwa itu termasuk perselisihan dalam
masalah ijtihadiyah? Yang menyatakan tidak boleh
bagi seorang salafi mentahdzir dari seorang quthbi,
ikhwani, sururi?
Adapun kami akan menjawab dengan mengatakan:
bahwa Syaikh Bakr Abu Zaid hafidzhahullah tidak
mengetahui secara hakiki manhaj dan pemikiran
yang dimiliki oleh Sayyid Quthb, sebagaimana yang
beliau akui sendiri. Beliau pernah mengatakan bahwa
kitab “Fi Dzhilal al-Qur’an” yang ia dapatkan sebagai
hadiah tatkala masih duduk di bangku Tsanawiyyah
(setingkat SMU, pen), namun ia tidak bersemangat
untuk membacanya dan hanya diletakkan di rak
bukunya sejak masa itu. (lihat kitab: al-Had al-
Fashil, tulisan Syaikh Rabi’, hal:17)
Jawaban atas rekomendasi Syaikh Abdullah bin
Mani’ hafidzhahullah
Pujian beliau sebatas pameran yang pernah diadakan
oleh Ihya At-Turats, beliau menyebutkan beberapa
kegiatan mereka yang “dinampakkan” oleh mereka.
Adapun kegiatan politik, bai’at, demonstrasi dan
yang semisalnya, tentunya tidak dimasukkan dalam
kegiatan pameran yang mereka adakan tersebut.
Allahul musta’an.
Beliau salah seorang diantara anggota Hai’ah Kibar
al-Ulama’, dalam daurah yang ke-39 yang mereka
adakan di Thaif, di bulan Rabi’ Awal, tahun 1413 H,
termasuk diantara pernyataan mereka adalah sebagai
berikut:
ﻧﺤﺬﺭ ﻣﻦ ﺃﻧﻮﺍﻉ ﺍﻻﺭﺗﺒﺎﻃﺎﺕ : ﺍﻟﻔﻜﺮﻳﺔ ﺍﻟﻤﻨﺤﺮﻓﺔ، ﻭﺍﻻﻟﺘﺰﺍﻡ ﺑﻤﺒﺎﺩﺉ ﺟﻤﺎﻋﺎﺕ
ﻭﺃﺣﺰﺍﺏ ﺃﺟﻨﺒﻴﺔ . ﺍﻷﻣﺔ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺒﻼﺩ ﻳﺠﺐ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﻣﺘﻤﺴﻜﺔ ﺑﻤﺎ
ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﺍﻟﺼﺎﻟﺢ، ﻭﺗﺎﺑﻌﻮﻫﻢ، ﻭﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﺋﻤﺔ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻗﺪﻳﻤﺎ ﻭﺣﺪﻳًﺜﺎ ﻣﻦ
ﻟﺰﻭﻡ ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﻭﺍﻟﻤﻨﺎﺻﺤﺔ ﺍﻟﺼﺎﺩﻗﺔ، ﻭﻋﺪﻡ ﺍﺧﺘﻼﻕ ﺍﻟﻌﻴﻮﺏ ﺃﻭ ﺇﺷﺎﻋﺘﻬﺎ .
ﻃﺮﻑ ﻣﻦ ﺑﻴﺎﻥ ﻫﻴﺌﺔ ﻛﺒﺎﺭ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻓﻲ ﺩﻭﺭﺗﻪ ﺍ ﻟﺘﺎﺳﻌﺔ ﻭﺍﻟﺜﻼﺛﻴﻦ ﺑﺎﻟﻄﺎﺋﻒ ﻓﻲ
ﺷﻬﺮ ﺭﺑﻴﻊ ﺍﻷﻭﻝ ﻣﻦ ﻋﺎﻡ ﺛﻼﺛﺔ ﻋﺸﺮ ﻭﺃﺭﺑﻌﻤﺎﺋﺔ ﻭﺃﻟﻒ ﻟﻠﻬﺠﺮﺓ .
“Kami memberi peringatan dari berbagai macam
ikatan pemikiran yang menyimpang dan peringatan
dari berpegang kepada dasar-dasar – berbagai
kelompok dan partai yang asing – (bukan dari
petunjuk Nabi Shallallahu alaihi wasallam dan para
shahabatnya, pen). Umat di negeri ini wajib untuk
berada dalam satu jama’ah, yang berpegang teguh
dengan apa yang telah menjadi pijakan Salafus
Shalih, dan yang mengikuti mereka. Serta di atas apa
yang menjadi pijakan para tokoh Islam dahulu dan
sekarang, dengan komitmen terhadap jama’ah (Ahlus
Sunnah, pen) dan saling menasehati dengan penuh
kejujuran dan tidak membuat berbagai kerusakan
atau menyebarkannya.”
(Lihat kitab: Al-Ajwibah al Mufidah, pada catatan
kaki, hal:237 no:294)
Jawaban atas rekomendasi Syaikh Shalih Al-Fauzan
hafidhahullah
Syaikh Fauzan hafidzhahullah memiliki manhaj yang
sangat jelas. Jawaban beliau terhadap berbagai
pertanyaan seputar manhaj dakwah sangat jelas
bertentangan dengan mauqif Ihya At-Turats beserta
para tokohnya. Kalaulah beliau mengetahui hakekat
manhaj mereka, tentunya rekomendasi tersebut tidak
akan beliau keluarkan.
Salah satu bukti adalah fatwa Lajnah Da’imah
tentang masalah bai’at yang telah kami sebutkan,
dimana beliau termasuk salah satu yang
menandatanganinya. Demikian pula diantaranya
adalah fatwa beliau ketika ditanya :
“Apakah mungkin bersatu bila disertai dengan
hizbiyyah? Lalu apakah manhaj yang wajib bersatu di
atasnya?”, maka beliau menjawab dengan tegas :
“Tidak mungkin bersatu bersama dengan hizbiyyah,
sebab kelompok-kelopok tersebut saling berlawanan
satu sama lain dan menggabungkan antara dua hal
yang berlawanan adalah mustahil. Allah Ta’ala
berfirman :
ﻭَﺍﻋْﺘَﺼِﻤُﻮﺍْ ﺑِﺤَﺒْﻞِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺟَﻤِﻴﻌًﺎ ﻭَﻻَ ﺗَﻔَﺮَّﻗُﻮﺍْ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-
berai.” (QS.Ali Imran:103)
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang dari
perpecahan dan memerintahkan bersatu di atas satu
kelompok, yaitu kelompok Allah :
ﺃَﻟَﺎ ﺇِﻥَّ ﺣِﺰْﺏَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻤُﻔْﻠِﺤُﻮﻥَ
“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu
adalah golongan yang beruntung.” (QS.Al-
Mujadilah:22)
dan Allah Ta’ala berfirman:
ﻭَﺇِﻥَّ ﻫَﺬِﻩِ ﺃُﻣَّﺘُﻜُﻢْ ﺃُﻣَّﺔً ﻭَﺍﺣِﺪَﺓً
“dan sesungguhnya umat kalian ini adalah umat
yang satu” (QS.Al-Mu’minun: 52)
Maka berkelompok, berpartai dan membentuk
berbagai jama’ah, sama sekali bukan termasuk dari
Islam. Allah Ta’ala berfirman:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻓَﺮَّﻗُﻮﺍْ ﺩِﻳﻨَﻬُﻢْ ﻭَﻛَﺎﻧُﻮﺍْ ﺷِﻴَﻌًﺎ ﻟَّﺴْﺖَ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻓِﻲ ﺷَﻲْﺀٍ
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah
agama mereka dan masing-masing mereka memiliki
pengikut, engkau bukan dari mereka sedikitpun”(QS.
Al-An’am:159)
Ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam mengabarkan
tentang perpecahan umat menjadi 73 golongan,
beliau mengatakan: “Semuanya dalam Neraka,
kecuali satu golongan”, dan bersabda: “yaitu siapa
yang berada di atas jalanku dan jalan para
shahabatku”. Maka disana tidak ada golongan yang
selamat kecuali yang satu ini, yang manhajnya
adalah berjalan di atas jalan Rasulullah Shallallahu
alaihi wasallam dan para shahabatnya. Adapun
selainnya hanyalah memecah-belah dan tidak
menyatukan (ummat), Allah menyatakan:
ْ ﻭَّﺇِﻥ ﺗَﻮَﻟَّﻮْﺍْ ﻓَﺈِﻧَّﻤَﺎ ﻫُﻢْ ﻓِﻲ ﺷِﻘَﺎﻕٍ
“Dan jika mereka berpaling, maka sesungguhnya
mereka dalam penyelisihan”. (Al-Baqarah:138)
Imam Malik rahimahullah mengatakan:
“Tidak akan baik akhir dari umat ini kecuali
berdasarkan perbaikan yang dilakukan oleh generasi
pertama”.
Dan Allah Ta’ala berfirman:
ﻭَﺍﻟﺴَّﺎﺑِﻘُﻮﻥَ ﺍﻷَﻭَّﻟُﻮﻥَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِﻳﻦَ ﻭَﺍﻷَﻧﺼَﺎﺭِ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺍﺗَّﺒَﻌُﻮﻫُﻢ ﺑِﺈِﺣْﺴَﺎﻥٍ ﺭَّﺿِﻲَ ﺍﻟﻠّﻪُ
ﻋَﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺭَﺿُﻮﺍْ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺃَﻋَﺪَّ ﻟَﻬُﻢْ ﺟَﻨَّﺎﺕٍ
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-
tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan
Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik. Allah ridha kepada mereka dan
merekapun ridha kepada Allah dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga….” (QS.At-
Taubah:100)
Maka tidak boleh bagi kita kecuali dengan bersatu di
atas manhaj Salafus Shaleh.”
(dari kitab: Al-Ajwibah al-Mufidah:212-213).
Semestinya nasehat ini tekah cukup bagi al akh
Firanda dan yang bersamanya untuk segera
bertaubat kepada Allah dan kembali ke jalan sunnah
dan meninggalkan sikap fanatik yang menjerumuskan
ke dalam kesesatan. Semoga ….
(Bersambung, Insya Allah)
(Dikutip dari tulisan Al Ustadz Abu Karimah Askari
bin Jamal Al-Bugisi, judul asli Ulama Ahlus Sunnah
Tidak Merekomendasi Ihya At Turats (1).)
Sumber: http://www.salafy.or.id/salafy.php?
menu=detil&id_artikel=1132

Kunjungi situs kami di www.tunas-tauhid.blogspot.com

No comments:

Post a Comment